This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 28 Maret 2014

Buffer Bikarbonat Dalam Tubuh ( TUGAS III )








BAB II
PEMBAHASAN


A.    Buffer bikarbonat

Sistem buffer bikarbonat merupakan buffer ekstraselular utama dan bertanggung jawab mempertahankan pH darah. Karbondioksida yang terbentuk selama respirasi sel akan larut dalam air (plasma) untuk membentuk asam karbonat.
Reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh manusia merupakan reaksi enzimatis yaitu reaksi yang melibatkan enzim sebagai katalis . enzim sebagai katalis hanya dapat bekerja dengan baik pada pH tertentu (pH optimumnya). Agar enzim tetap bekerja secara optimum, diperlukan lingkungan reaksi dengan pH  yang relative tetap, untuk itu maka diperlukan larutan penyangga (buffer). Di dalam setiap cairan tubuh terdapat pasangan asam-basa konjugasi yang berfungsi sebagai buffer. Cairan tubuh baik sebagai cairan intra sel dan ekstra sel memerlukan system penyangga tersebut untuk mempertahankan harga pH cairan tersebut. System penyangga ekstra sel  yang penting adalah penyangga bikarbonat. yang berperan dalam menyangga pH darah.
Sistem buffer yang utama di dalam plasma darah adalah buffer karbonat, yang terdiri dari asam karbonat (H2CO3) sebagai donor proton dan bikarbonat (HCO3) sebagai akseptor proton.
H2CO3          H+  + HCO3
Sistem  bikarbonat  yang  mempunyai  konstanta  ekuilibrium  sendiri

K2’ = [H+][HCO3-]
                 [H2CO3]        
            Berfungsi sebagai buffer, sama seperti pasangan asam-basa konyugat lainya, tetapi system ini bersifat uni, dalam hal bahwa salah satu komponennya, asam karbonat dibentuk dari karbon dioksida yang melarut,dan air, menurut persamaan reaksi dapat balik
CO2(d) = H2O           H2CO3
Yang mempunyai konsatanta ekulibrium yang diberikan oleh persamaan

K2’ =    [H2CO3}
               [CO2(d)][H2O]

Karena karbon dioksida bersifat gas pada kondisi normal, konsentrasi CO2 terlarut merupakan hasil ekuilibrium dengan CO2 dari fase gas

CO2 (g)            CO2 (d)

       pH system buffer bikarbonat tergantung pada konsentrasi  H2CO3 dan HCO3- terlarut,  donor proton dan komponen akseptor.Tetapi, karena konsentrasi H2CO3 tergantung kepada konsentrasi CO2 terlarut,dan konsentrasi ini seterusnya tergantung kepada tekanan bagian CO2 di dalam fase gas, PH buffer bikarbonat yang bersinggungan dengan fase gas, pada akhirnya ditentukan oleh konsentrasi  HCO3- di dalam fase cair dan tekanan bagian CO2 di dalam fase gas ( kontak 4-3)
                       Sistem buffer bikarbonat merupakan buffer fisiologi yang efektif pada pH di dekat 7,4 karena donor proton H2CO3 di dalam plasma darah berada dalam kesetimbangan yang lebih dengan persediaan CO2 yang berlimpah di dalam ruang udarapada paru-paru. Pda setiap keaadan, pada saat darah harus menyerap kelebihan OH-, H2CO3 di dalam darah yang terubah menjadi  HCO3- oleh reaksi dengan OH- , secara cepat dikembalikan dari tempatnya yang berlimpah di dalam fase gas CO2 pada paru-paru.Gas ini melarutkan ke dalam darah menjadi CO2(d) terlarurt,yang seterusnya bergabung dengan air membentuk H2CO3 Sebaliknya,jika pH darah mengalami penurunan, sebagian HCO3- dari buffer bereaksi  denga kelebihan H+  membentuk H2CO3. Senyawa ini berurai, menghasilkan CO2 terlarut yang selanjutnya dilepaskan sebagai CO2 (fase gas ) di dalam paru-paru dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh. Ketika darah mengalir  melalui sejumlah kapiler halus di dalam paru-paru , system buffer bikarbonat segera berada dalam keadaan hamper setimbang dengan CO2 di dalam rongga udara pada paru-paru . Kerjasama diantara system buffer bikarbonat dan aktifitas paru-paru menghasilkan mekanisme yang amat responsive untuk mempertahankan pH darah supaya tetap stabil.

B.     Sistem kerja buffer bikarbonat di dalam darah

                Sitem Buffer ini melibatkan serangkaian dari tiga ekuilibrium dapat balik di antara gas CO2 di dalam paruu-paru dan bikarbonat di dalam plasma darah ( Gambar 1). Dengan penambahan H+ pada saat darah mengalir ke jaringan , terjadi kenaikan sementara konsentrasi H+. Kenaikan ini menyebabkan reaksi 3 berjalan menuju keseimbangan baru, meningkatkan konsentrasi H2CO3 dan menyebabkan peningkatan konsentrasi CO2(d) terlarut di dalam darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan CO2 fase gas di dalam paru-paru dan kelebihan CO2 ini dapat dikeluarkan dari tubuh
                Sebaliknya, jika terjadi penambahan OH- ke dalam plasma darah, terjadi serangkaian reaksi kebalikan : konsentrasi H+ menurun, meneybabkan lebih banyak H2CO3 berdisosiasi menjadi H+ dan HCO3-. Hal ini, selanjutnya menyebabkan lebih banyak CO2 (gas) dari paru-paru yang melarut ke dalam plasma darah.Kecepatan bernafas, yakni kecepatan pemasukaan dan pelepasanCO2, oleh karenanya, dapat cepat menyesuaikan ekuilibrium ini untuk mempertahankan pH darah sehingga hamper senantiasa tetap.



Fase cair
H+   +   HCO3-
Reaksi  1

H2CO3
Reaksi   2
H2O           H2O
CO2(d)
Reaksi  3

Rongga udara di dalam paru-paru
 


Gambar   1
CO2 di dalam rongga udara berada dalam keseimbangan dengan buffer bikarbonat pada plasma darah yang melalui kapiler di dalam paru-paru. Karena konsentrasi CO2 terlarut dapat disesuaikan dengan cepat melalui perubahan dalam kecepatan bernafas, system buffer bikarbonat di dalam darah berada dalam keadaan hamper setimbang dengan persediaan CO2 yang berlimpah.



C.    Persamaan Henderson-Hasselbach

Ø  pH = pKa + log ( [ A- ] / [ HA ] )
Ø  pH = pKa + log ( [ HCO3- ] / [ H2CO3 ] )
Ø  CO2 larut dalam plasma dan membentuk H2CO3 sebanding dengan tekanan CO2 (pCO2) , sehingga persamaan ini menunjukkan bahwa pH adalah perbandingan antara HCO3 dan pCO2
Ø  7,4 = 6,1 + log ( [ HCO3- ] / [ H2CO3 ] )
Untuk mempertahankan pH ideal tersebut, perbandingan antara konsentrasi garam dan asam karbonat adalah 20 : 1
Jadi :
pH = 6,1 + log    20
                                     40 x 0,03
             7,4= 6,1 + log 20
                                    1
             7,4=7.4



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Setelah mempelajari buffer bikarbonat,  maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa tubuh kita menggunakan Karbonat sebagai larutan penyangga buffer yang fungsi utamanya adalah menstabilkan pH. Buffer bikarbonat akan bekerja bila pH darah berubah, menjadi asam atau menjadi basa.
Sehingga kita menyadari betapa pentingnya larutan Buffer bikarbonat di dalam tubuh kita. Bila terjadi perubahan nilai pH di dalam darah maka larutan Buffer bikarbonatlah yang menetralisirnya.
                                                                                                                                                                       



 

DAFTAR PUSTAKA

L Lehninger, Abert.1993.Dasar-dasar Biokimia.Jakarta : Erlangga
Sudarmo, Unggul. 2006. Diktat Kimia. Jakarta : Phiebeta Aneka Gama
James,Joyce.dkk.2006. Prinsip-prinsip Sains Untuk Keperawatan. Jakarta: Gelora Akasara pratama
Kliegman Arvin,Behrman.1996. Ilmu kesehatan Anak. Jakarta: EGC
Lawrence G,Mitchell. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga
Sumardjo,Damin.2009. Pengantar Kimia. Jakarta : EGC

Contoh Gambar

Kamis, 27 Maret 2014

Plasmodium vivax penyebab Malaria tertiana benigna ( TUGAS II )

 




Malaria tertiana disebabkan oleh parasit Plasmodium vivax yang ditularkan oleh penyakit Anopheles. Spesies Plasmodium vivax ini menyebabkan penyakit “Malaria tertiana benigna” atau disebut malaria tertiana. Nama tertiana adalah berdasarkan fakta bahwa timbulnya gejala demam terjadi setiap 48 jam. Nama tersebut diperoleh dari istilah Roma, yaitu hari kejadian pada hari pertama , sedangkan 48 jam kemudian adalah hari ke 3.


Penyakit malaria tertiana banyak terjadi di daerah tropik dan sub tropik. Hampir 43% kejadian penyakit malaria disebabkan oleh Plasmodium vivax. Proses schizogony exoerytrocytic dapat terus terjadi sampai 8 tahun, disertai dengan periode relaps, disebabkan oleh terjadinya invasi baru terhadap erythrocyt. Kejadian relaps terciri dengan pasien yang terlihat normal (sehat) selama periode laten. Terjadinya relaps juga erat hubungannya dengan reaksi imunitas dari individu.

Plasmodium vivax hanya menyerang erytrocyt muda (reticulocyt), dan tidak dapat menyerang/tidak mampu menyerang erytrocyt yang masak. Segera setelah invasi kedalam erytrocyt langsung membentuk cincin., cytoplasma menjadi aktif seperti ameba membentuk pseudopodia bergerak ke segala arah sehingga disebut “vivax”.

Malaria Tertiana yang disebabkan oleh parasit Plasmodium vivax memunculkan gejala malaria seperti demam setiap tiga hari sekali. Malaria tertiana termasuk jenis penyakit malaria yang tidak berbahaya, tetapi jika tidak dirawat dapat juga merengut nyawa.

Sumber : 

http://nova-novriyanti.blogspot.com/2013/09/jenis-jenis-malaria.html






PLASMODIUM VIVAX





      Penyakit : “Malaria tertiana benigna” .

      Setelah invasi kedalam erytrocyt langsung membentuk cincin. Cytoplasma menjadi aktif seperti amoeba membentuk pseudopodia bergerak ke segala arah sehingga disebut “vivax”.

      Pada saat trophozoit berkembang erytrocyt membesar, pigmennya berkurang dan berkembang menjadi peculiar stipling disebut “Schuffners dot”.



Klasifikasi :

      Kerajaan       : Protista

      Filum              : Apicomplexa

      Kelas              : Aconoidasida

      Ordo              : Haemosporida

      Famili             : Plasmodiidae

      Genus            : Plasmodium

      Spesies          : Plasmodium vivax





Morfologi Umum :

      Eritrosit yang terinfeksi oleh parasit ini mengalami pembesaran dan pucat karena kekurangan hemoglobin.

       Tropozoit muda tampak sebagai cincin dengan inti pada satu sisi.

      Tropozoit tua tampak sebagai cincin amuboid akibat penebalan sitoplasma yang tidak merata.

      Dalam waktu 36 jam parasit akan mengisi lebih dari setengah sel eritrosit yang membesar.

      Proses selanjutnya inti sel parasit akan mengalami pembelahan dan menjadi bentuk schizont yang berisi merozoit berjumlah antara 16 – 18 buah.

      Gametosit mengisi hampir seluruh eritrosit. Mikrogametosit berinti besar dalam pewarnaan Giemsa akan berwarna merah muda sedangkan sitoplasma berwarna biru. Makrogametosit berinti padat berwarna merah letaknya biasanya di pinggir.

      Terdapat bintik-bintik merah yang disebut titik Schuffner pada eritrosit yang terinfeksi parasit ini.









Morfologi Plasmodium vivax dalam Sediaan Darah Tipis


1. Bentuk Cincin
      Ukuran 1/3 dari erytrosit
      Bentuk cincin tebal
      Kromatin massa padat berbatas jelas
      Bentuk accole kadang-kadang
      Pigmen tidak ada

2. Bentuk Tropozoit
      Ukuran besar
      Bentuk sangat ireguler, vakuola nyata
      Kromatin titik-titik atau benang-benang
      Pigmen halus warna kuning coklat
      Penyebaran partikel halus
      Penyebaran tersebar

3. Skizon Imatur
      Ukuran hampir mengisi seluruh erytrosit
      Bentuk sedikit amuboid
      Kromatin banyak berupa masa ireguler
      Pigmen tersebar

4. Skizon Matur
      Mengisi erytrosit
      Bentuk bersegmen
      Merozoit 14-24
      Rata 16
      Ukuran sedang
      Pigmen berkumpul di tengah (kuning coklat).

5. Bentuk Mikrogametosit
      Waktu timbul 3-5 hari
      Jumlah dalam darah banyak, ukuran mengisi erytrosit yang membesar
      Bentuk bulat atau oval dan padat
      Sitoplasma biru pucat
      Kromatin fibril-fibril dengan gelendong dengan daerah sekitar yang tidak berwarna
      Pigmen tersebar

6. Bentuk makrogametosit
      Waktu timbul 3-5 hari
      Jumlah dalam darah banyak
      Ukuran mengisi erytrosit yang membesar
      Bentuk bulat/ oval dan padat
      Sitoplasma biru tua
      Kromatin merupakan masa padat di perifer
      Pigmen small masses, round perifery



Perkembangbiakan

      Plasmodium mengalami 2 siklus, yaitu :

      1. Siklus aseksual (schizogoni) di dalam tubuh vertebrata (termasuk manusia)

2. Siklus seksual (sporogoni) di dalam tubuh nyamuk.



Diagnosa Laboratorium

      Pemeriksaan lab secara mikroskopis :

a.     Sediaan darah tebal ( SDTB )

Sediaan darah tipis ( SDTP )



Spesies plasmodium ini menyebabkan penyakit “Malaria tertiana benigna” atau disebut malaria tertiana. Nama tertiana adalah berdasarkan fakta bahwa timbulnya gejala demam terjadi setiap 48 jam. Nama tersebut diperoleh dari istilah Roma, yaitu hari kejadian pada hari pertama , sedangkan 48 jam kemudian adalah hari ke 3. Penyakit banyak terjadi di daerah tropik dan sub tropik, kejadian penyakit malaria 43% disebabkan oleh P. vivax.. Proses schizogony exoerytrocytic dapat terus terjadi sampai 8 tahun, disertai dengan periode relaps, disebabkan oleh terjadinya invasi baru terhadap erythrocyt. Kejadian relaps terciri dengan pasien yang terlihat normal (sehat) selama periode laten. Terjadinya relaps juga erat hubungannya dengan reaksi imunitas dari individu.

            Plasmodium vivax hanya menyerang erytrocyt muda (reticulocyt), dan tidak dapat menyerang/tidak mampu menyerang erytrocyt yang masak. Segera setelah invasi kedalam erytrocyt langsung membentuk cincin., cytoplasma menjadi aktif seperti ameba membentuk pseudopodia bergerak ke segala arah sehingga disebut “vivax”. Infeksi terhadap erytrocyt lebih dari satu trophozoit dapat terjadi tetapi jarang. Pada saat trophozoit berkembang erytrocyt membesar, pigmennya berkurang  dan berkembang menjadi peculiar stipling disebut “Schuffners dot”. Dot (titik) tersebut akan terlihat bila diwarnai dan akan terlihat parasit di dalamnya. Cincin menempati 1/3-1/2 dari erytrocyt dan trophozoit menempati 2/3 dari sel darah merah tersebut selama 24 jam. Granula hemozoin  mulai terakumulasi sesuai dengan pembelahan nucleus dan terulang lagi sampai 4 kali, terdapat 16 nuclei pada schizont yang masak. Bila terjadi imunitas atau diobati chemotherapi hanya terjadi sedikit nyclei yang dapat diproduksi. Proses schizogony dimulai dan granula pigmen terakumulasi dalam parasit. Merozoit yang bulat dengan diameter 1,5 um langsung menyerang erytrocyt lainnya. Schizogony dalam erytrocyt memakan waktu 48 jam.

            Beberpa merozoit berkembang menjadi gametocyt, dan gametocyt yang masak mengisi sebagian besar erytrocyt yang membesar (10um). Sedangkan mikrogametocyt terlihat lebih kecil dan biasanya hanya terlihat sedikit dalam erytrocyt. Gametocyt memerlukan 4 hari untuk masak. Perbandingan antara macro:microgametocyt adalah 2:1, dan salah satu sel darah kadang diisi keduanya (macro+micro) dan schizont.

            Dalam nyamuk terjadi proses pembentukan zygot, ookinete dan oocyt dengan ukuran 50 um dan memproduksi 10.000 sporozoit. Terlalu banyak oocyst dapat membunuh nyamuk itu sendiri sebelum oocyt berkembang menjadi sporozoit.